Diversifikasi Freeport ke Energi Tandai Kemunduran Bisnis Tembaga
Posted on 2012-12-16
Keputusan Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc untuk melakukan diversifikasi usaha ke bidang energi menyoroti berkurangnya opsi menarik dalam penambangan tembaga, bisnis utamanya. Namun hanya sedikit dari pesaing yang diperkirakan akan mengikuti langkah Freeport ke sektor yang masih asing tersebut.
Tidak seperti banyak perusahaan tambang, Freeport, produser tembaga terbesar di dunia, memiliki akar di minyak dan gas. Hal itu membuatnya lebih mudah melompat untuk mencari margin keuntungan yang lebih tinggi.
Meski demikian, investasi Freeport sebesar US$9 miliar untuk Plains Exploration & Production dan McMoRan Exploration Co menunjukkan bahwa bahkan raksasa industri melihat tembaga sebagai tantangan karena tambang makin tua, nilainya menurun dan biaya meningkat.
Namun para investor kelihatannya lebih suka jika Freeport tetap bertahan di bidang terbaiknya. Saham perusahaan turun hampir 16 persen setelah rencana tersebut diumumkan pekan lalu.
Namun para ahli mengatakan Freeport mungkin hanya memiliki sedikit alternatif karena tidak banyak yang tahu berapa sisa aset tembaga “lapis 1”, terutama di lokasi-lokasi yang dapat dijangkau.
“Kualitas aset tembaga yang tersedia di pasar menurun dan aset yang ada di luar sana, banyak yang mengalami masalah,” ujar Alex Terentiew, analis pertambangan dari Raymond James.
Daripada mencari aset baru, Freeport memilih beralih ke produksi energi yang bermargin lebih tinggi, meski diversifikasi ini mengurangi paparannya pada ledakan infrastruktur di Tiongkok.
Permintaan tembaga melonjak pada 40 tahun terakhir, namun produksinya tidak dapat mengikuti tuntutan tersebut karena masalah cuaca ekstrem, buruh dan operasi.
Freeport bukan penambang pertama yang mencoba ke sektor energi. BHP Billiton Ltd dari Australia merupakan penambang dengan diversifikasi terbesar di dunia. Yang kedua adalah Teck Resources Ltd dari Kanada, disusul perusahaan multinasional Glencore.
Meski kepindahan Freeport ke minyak dan gas tidak populer saat ini, barangkali nanti akan menjadi opsi terbaik, terutama dengan kematangan ekonomi Tiongkok.
“Tembaga merupakan aset yang dipakai oleh negara berkembang. Energi akan lebih banyak digunakan saat mereka semakin tumbuh,” ujar Michael Widmer, analis pasar logam di Bank of America-Merrill Lynch. (Reuters/Clara Ferreira-Marques dan Julie Gordon)