Industri Logam Tegal Gandeng Perusahaan Jepang
Posted on 2012-6-3
TEMPO.CO, Slawi - Industri logam asal Kabupaten Tegal telah menjalin kerja sama dengan industri berat asal negara Jepang. Kesempatan bermitra bisnis khusus pembuatan alat berat ini memberi peluang pelaku industri logam setempat yang sering mengalami pasang-surut.
“Ini kesempatan emas untuk mengembangkan industri logam di Kabupaten Tegal lebih mendunia,” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal Toto Subandrio, Minggu, 3 Juni 2012.
Selama ini, baru terdapat dua perusahaan industri logam Kabupaten Tegal yang menjalin kerja sama dengan PT Sumitomo SHI, yakni PT Putra Bungsu dan CV Millako Tehnik Mandiri, yang sama-sama berada di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Dampyak.
Jalinan kerja sama ini dipastikan akan berkembang ke sejumlah industri logam lain karena kebutuhan komponen alat berat yang sedang berkembang di Negeri Matahari Terbit tersebut. “Dua perusahaan tersebut telah lolos sebagai mitra karena memenuhi uji seleksi dari standar yang ditetapkan oleh PT Sumitomo,” ujar Toto.
Namun keberadaan dua perusahaan di Kabupaten Tegal ini baru memenuhi 30 persen atau sekitar 20 ton dari kebutuhan suku cadang Indonesia yang dibutuhkan oleh perusahaan asal Jepang ini. Dengan begitu, Toto berharap, ada peningkatan jumlah produksi dan kualitas untuk mempertahankan dan memperluas kesempatan kerja sama dengan pihak asing. “Tentunya kami siap memfasilitasi kebutuhan dan syarat yang diperlukan oleh pengusaha lokal ini,” katanya.
Pemilik CV Millako Tehnik Mandiri, Dwi Wanto, mengaku telah menjalin kerja sama dengan PT Sumitomo SHI selama satu tahun ini. Menurut dia, saat ini jumlah industri pemasok di Indonesia baru ada enam perusahaan, termasuk industri yang ia kelola ini. “Ada empat perusahaan lain sebagai subkontraktor yang berada di daerah Jakarta.”
Ia mengaku baru memenuhi sekitar 83 item komponen alat berat yang dibutuhkan PT Sumitomo. Itu pun digarap berdua dengan PT Putra Bungsu, yang mengerjakan sekitar 57 item. Kebutuhan suku cadang alat berat ini diperkirakan terus bertambah seiring dengan perkembangan industri dan teknologi di Jepang. “Dengan begitu, banyak kesempatan untuk kerja sama lebih lanjut, termasuk memanfaatkan sejumlah industri logam di lingkungan industri ini,” ujar Dwi Wanto.
Komponen alat berat yang diproduksi dua perusahaan di Kabupaten Tegal ini berkapasitas 20 ton. Ia memastikan bulan depan akan meningkatkan hasil produksinya hingga 30 ton. Kapasitas produksi industri logam yang dikirim ke Jepang ini jauh dari target yang idealnya mencapai 60 persen.
EDI FAISOL